Sebelum membaca lebih lanjut,
pertama-tama saya ingin bertanya pada teman sekalian. Siapa diantara kalian
yang seumur hidupnya belum pernah mencontek sama sekali? Jika semua menjawab
dengan jujur saya yakin 99,99% dari kita pernah melakukan aktifitas yang “sebenarnya
tidak baik” ini. Mungkin hanya 0,01% orang yang tidak pernah mencontek. Bahkan
kita seorang siswa yang sudah “MAHA” pun beberapa kali pasti pernah melakukan
aktifitas ini. Mencontek selalu identik dengan ulangan dan ujian. Ibarat amplop
dan prangko dimana ada ujian atau ulangan di situ ada mencontek. Mencontek pun
ada banyak triknya. Dari dengan cara menulis catatan dan menyimpannya di si
suatu tempat yang tersembunyi (Biasanya di saku atau sepatu). Sampai
menggunakan media yang lebih canggih seperti handphone.
Budaya mencontek telah cukup menjamur
dikalangan para siswa maupun mahasiswa khususnya di Indonesia. Budaya ini
sangat berbahaya karena akibat yang ditimbulkan cukup serius seperti mengikis
rasa percaya diri siswa pada dirinya sendiri, membuat siswa berkecenderungan
untuk malas, tidak adanya semangat untuk memperoleh sesuatu, dan sikap curang
yang tidak patut dicontoh. Akan tetapi tentu saja bukan tanpa alasan seorang
siswa ataupun mahasiswa berani mencontek. Lalu faktor-faktor apa saja yang
membuat pelajar di Indonesia mempunyai kecenderungan untuk mencontek?
Dituntut mendapat nilai yang tinggi
Siapa
sih yang tidak ingin berprestasi dengan mendapatkan nilai besar. Maka atas
dasar hal ini, pelajar akan melakukan apa saja asalkan dia bisa mendapatkan
nilai besar. Terlebih lagi banyak institusi pendidikan menetapkan standar nilai
yang cukup tinggi. Ujian harus mendapat nilai yang tinggu, UTS harus mendapat
nilai yang tinggi, ujian praktek, quiz, dan tugas semua harus mendapat nilai
yang tinggi. Semua mata pelajaran atau mata kuliah harus mendapat nilai yang
tinggi. Padahal sangat mustahil kita bisa ahli disemua bidang dan mendapat
nilai yang perfect. Nilai nilai nilai nilai dan nilai, semua hanya tentang
nilai. Kita dituntut mempunyai nilai di atas rata-rata agar tidak remidi, agar
lulus dan tidak dimarahi orang tua. Padahal selain hasil akhir berupa nilai ada
hal lain yang jauh lebih penting, hal itu adalah “proses”, sungguh sangat
jarang ada sistem pendidikan yang mengutamakan proses dibandingkan dengan
nilai. Semua tuntutan ini lah yang terkadang membuat kita kalap dan akhirnya
berlabuh pada contekan.
Malas belajar
Hal
ini patut di garis bawahi dan di stabilo. Kenapa? Karena kebanyakan dari siswa
yang mencontek adalah karena malasnya mereka untuk belajar. Banyaknya materi,
kurang paham dengan pelajaran yang diujikan sampai guru yang menyebalkan
merupakan faktor yang mendorong para siswa enggan untuk belajar. Malas belajar
bagaikan penyakit kronis yang sudah mencapai stadium akhir, sangat sulit
disembuhkan. Untuk mengatasi penyakit ini diperlukan kesadaran dari diri
sendiri, meningkatkan motivasi belajar serta perlunya dukungan dari berbagai
pihak seperti keluarga dan orang tua. Mengubah tipe belajar juga bisa dilakukan
agar tidak bosan dengan cara belajar yang itu-itu saja.
Soal yang susah
Kalian
sudah belajar mati-matian untuk persiapan ujian, namun pada saat ujian soal
yang keluar sangat sulit atau materinya tidak pernah diberikan disekolah.
Kecewa, putus asa, dan akhirnya mencontek menjadi pilihan terakhir. Hal seperti
ini pasti pernah kalian alami, kesulitan soal ujian akan sejalan dengan
keinginan untuk mencontek, semakin sulit soal ujian maka keinginan untuk
menyotek akan semakin besar. Mungkin hal seperti ini dapat dihindari jika pihak
pengajar memberikan soal ujian yang sesuai dengan materi yang telah diberikan. Kemudian
dari pihak pelajar lebih mengembangkan kemampuannya serta lebih banyak melakukan
latihan soal-soal ujian sehingga persiapan untuk menghadapi ujian menjadi lebih
matang.
Kurang percaya diri
Kebanyakan
siswa-siswa kurang PD dengan hasil jawaban mereka sendiri, dan bahkan ketika
jawaban mereka sebenarnya betul tetapi karena melihat teman yang dianggap lebih
pintar, akhirnya mereka mengubah jawabannya. Sifat kurang percaya diri ini
bukan saja menyangkut jawaban, tapi terkadang juga menyangkut persiapan ujian.
Sebelum ujian kita sudah belajar dan melakukan persiapan yang matang, namun
kita tetap tidak percaya diri dengan persiapan yang telah kita lakukan dan pada
akhirnya kita tetap membuat contekan. Sifat kurang percaya diri ini patut
dihapuskan dan dibuang jauh-jauh. Kita harus menanamkan rasa bangga dengan
jawaban sendiri, dengan nilai yang kita raih dengan jujur meskipun nilai
tersebut rendah. Karena nilai yang tinggi dari hasil mencontek bukanlah suatu
hal yang patut dibanggakan.
Pengawas yang kurang tegas
Di
saat pengawas sedang lalai di situlah contek - mencontek di mulai. pengawas
harus bisa pandai-pandai diri untuk mengawasi para siswa. Karena trik mencontek
kini bermacam-macam mulai dari ijin pergi ke kamar mandi, menaruh kertas contekan
di kotak pensil, label, dan bahkan menggunakan bahasa gagu. Jika sang pengawas
kurang tegas pada saat ujian, maka hal ini banyak dimanfaatkan siswa untuk
berbuat curang. Pengawas yang profesional seharusnya bisa bertindak tegas pada
saat mengawas ujian. Misalnya dengan menegur siswa yang mencontek, mencatat
namanya, dan bahkan yang lebih ekstrim langsung merobek kertas ujiannya. Alternatif
lain adalah memberikan Diskon nilai untuk siswa yang mencontek, semakin banyak
mencontek, semakin besar diskon yang diberikan.
Tidak punya prinsip dan tipisnya iman
Kejujuran
sangat mahal harganya terlebih lagi pada saat ujian. Mempertahankan prinsip
untuk tetap bersikap jujur dengan konsekuensi nilai yang rendah atau
mengabaikan itu semua berpaling pada contekan demi nilai yang tinggi. Nah
disinilah diperlukan iman yang kuat agar tetap berada dijalan yang benar.
Karena pada saat ujian bisikan setan ada dimana-mana, hasrat untuk mencontek
akan semakin kuat. Bisikan itu akan semakin keras ketika kita tidak bisa
menjawab soal sementara waktu yang disediakan akan segera habis.
Itulah beberapa faktor yang membuat mencontek
semakin membudaya. Sebagai pemuda-pemudi penerus bangsa, mencontek adalah hal
yang harus kita hindari, karena mencontek sama saja dengan membunuh karakter
bangsa. Terbiasa mencontek akan membuat kita menjadi pribadi yang tidak
bertanggungjawab, curang dan selalu menginginkan sesuatu dengan cara yang
instan. Dari sinilah bibit koruptor akan terus tumbuh dan berkembangbiak dengan
subur. Namun kita tidak bisa sepenuhnya menyalahkan para pelajar, karena untuk
menghilangkan budaya mencontek diperlukan peran serta dari berbagai pihak.
Perbaikan sistem pendidikan yang tidak hanya berorientasi pada nilai juga
merupakan cara yang ampuh untuk menekan kebiasaan mencontek. Seperti yang saya katakan
sebelumnya, mempunyai prestasi dan nilai yang tinggi dari hasil mencontek
bukanlah hal yang patut dibanggakan, akan tetapi memperoleh sesuatu atas kejujuran
dan usaha sendiri akan membentuk kita menjadi generasi muda yang lebih
bermartabat. So SAY NO TO CHEAT!
Semoga bermanfaat, Happy Blogging ^_^