Terinspirasi dari sebuah tulisan di salah satu majalah, saya tertarik
untuk membahas lebih jauh mengenai fenomena menguap. Menguap disini maksudnya
bukan perubahan zat dari cair menjadi gas melainkan menguap yang dalam bahasa
inggris kita sebut dengan “yawn”. Ngerti kan? Yang gak ngerti ambil kamus dulu deh,
hehehe :p
Apakah Anda
pernah melihat seseorang yang menguap, kemudian secara tak sengaja ikut menguap
juga? Jika iya, tentunya Anda sepakat dengan kemungkinan bahwa menguap
seringkali bisa menular dari satu orang ke orang lain. Saya adalah orang yang
sangat mudah tertulari “penyakit” menguap, terutama ketika sedang belajar di
kampus. Pada suatu pagi yang cerah, dengan keadaan sehat secara lahir dan
bathin, kondisi tubuh fit dan mood
sedang normal dengan serius saya memperhatikan penjelasan dosen yang lebih
mirip dengan nyanyian nina bobo (pak
dosen maafkan mahasiswa mu yang imut ini). Meskipun atmosfer mengantuk sudah
mengelilingi kelas, tapi iman saya tidak goyah mata saya masih melotot
memandangi slide. Sampai suatu ketika teman disamping saya melakukan aktivitas
yang sungguh sangat tidak layak untuk saya saksikan. Yakk dia menguap, menguap begitu saja didepan mata kepala saya
sendiri. Hingga akhirnya beberapa menit kemudian saya sukses tertular menguap,
beberapa saat kemudian beberapa teman juga ikut menguap. Lah ini kok semua pada ikutan nguap, akan kah di kelas kami terjadi
fenomena menguap masal? :v
Dari kejadian tersebut saya mulai menarik kesimpulan, ternyata menguap tidak selalu disebabkan oleh rasa kantuk dan menguap itu menular! Nah, apakah yang menyebabkan menguap bisa menular? Let’s find out..!!!
Dari kejadian tersebut saya mulai menarik kesimpulan, ternyata menguap tidak selalu disebabkan oleh rasa kantuk dan menguap itu menular! Nah, apakah yang menyebabkan menguap bisa menular? Let’s find out..!!!
Mengapa kita menguap?
Menguap merupakan sebuah refleks
dimana kita merenggangkan rahang dengan membuka lebar-lebar mulut dan dengan
menarik napas dalam-dalam, serta diikuti dengan mengeluarkan napas pendek.
Alasan mengapa kita menguap sendiri masih menjadi misteri yang memiliki banyak
teori namun sedikit yang terbukti secara nyata, tapi tidak berarti belum ada
penjelasan terkait hal ini. Menguap sendiri tidak hanya dilakukan pada
saat kita baru bangun pagi ataupun mengantuk, hal ini juga kemungkin besar
dapat terjadi saat kita melihat orang lain menguap. Hal ini juga terlihat pada
binatang dan dikatakan bayi dalam janin saja dapat menguap. Ada sebuah
teori mengatakan kita menguap karena kita kekurangan oksigen dan dengan menguap
maka banyaknya oksigen yang masuk akan membuat kita lebih sadar. Teori yang
masuk akal bukan? Namun itu hanyalah mitos dan tidak benar. Masih banyak lagi
teori seputar hal ini dimulai dari karena bosan, hingga tubuh yang berusaha
membuat paru-paru tetap sehat, namun yang paling baru dan cukup dipercaya
adalah berikut ini.
Berdasarkan
sebuah hipotesis, alasan sebenarnya adalah karena itu bertindak sebagai
pendingin, ini berdasarkan sebuah percobaan kompres panas dan kompres
dingin. Mereka yang meletakkan kompres panas di kepala mereka menguap sebanyak
41% kali dibandingkan mereka yang meletakkan kompres dingin hanya 9%. Hipotesis
tersebut menyebutkan bahwa otak manusia lebih cepat panas dibandingkan organ
lainya, dengan menguap maka udara yang masuk akan membuat tubuh kita mengalami
sebuah proses alamiah yang mendorong alur darah ke kepala dan pergantian udara
saat kita menarik napas dan mengelauarkannya kembali akan mengubah temperatur
aliran darah tersebut menjadi lebih dingin.
Kenapa menguap bisa menular?
Tanpa disadari seringkali saat melihat orang lain menguap
akan ikut-ikutan menguap. Bukan karena latah kalau yang melihat ikutan menguap,
karena menguap memang bisa menular. Sebuah studi menemukan
bahwa saat ditunjukkan video orang lain menguap, sekitar 50% partisipan juga ikut
menguap. Uniknya adalah ini juga terjadi pada binatang seperti monyet,baboon,
dan yang paling mengagumkan adalah anjing, mereka ditemukan dapat menguap saat
mendengar majikan mereka juga menguap.
Selama
ini peneliti percaya bahwa orang yang mudah tertular menguap adalah orang yang
memiliki empati tinggi. Namun peneliti membantah hal tersebut. Mereka
berkeyakinan bahwa orang yang tertular saat melihat orang lain menguap
sebenarnya memiliki gelombang emosi yang sama dengan orang tersebut. Peneliti
mendokumentasikan dengan baik ketika seseorang merespon dengan cara melihat,
mendengar, atau memikirkan tentang orang yang menguap. Menguap yang seperti ini
sangat berbeda dengan yang spontan akibat terlalu lelah atau bosan. Beberapa
penelitian telah menunjukkan bahwa menguap yang menular tak berkaitan dengan
empati, rasa lelah, energi, dan kecenderungannya menurun dengan bertambahnya
usia. Hasil ini didapatkan peneliti setelah mereka mengamati 328 orang sehat
yang menguap ketika melihat video orang menguap berdurasi tiga menit. Beberapa
partisipan diketahui lebih mudah tertular dan ikut menguap dibandingkan dengan
partisipan lainnya, seperti dilansir oleh Health Day News (14/03).
Peneliti
menemukan bahwa usia adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kecenderungan
seseorang untuk tertular menguap atau tidak. Orang yang lebih tua biasanya
lebih sulit untuk tertular ketika melihat orang menguap. Namun usia hanya
mempengaruhi sekitar delapan persen kecenderungan orang untuk menguap. "Penelitian
ini mengungkap bahwa menguap yang menular sama sekali tak berkaitan dengan
empati," ungkap Elizabeth Cirulli dari Duke University School of Medicine.
Peneliti juga menemukan bahwa orang yang memiliki autisme dan schizophrenia
memiliki kemungkinan yang sangat kecil untuk tertular ketika melihat orang
menguap. Sejauh ini mereka mengetahui bahwa menguap berkaitan dengan gelombang
emosi yang setara dengan orang lain serta dipengaruhi oleh faktor usia.
Penyebab lain
menularnya menguap karena aktifnya sistem saraf cermin (mirror neurons
system) yaitu neuron yang terletak di bagian depan
setiap belahan otak vertebrata tertentu. Ketika
menerima stimulus (rangsangan) dari spesies yang sama, maka spesies tersebut
juga akan mengaktifkan daerah yang sama di otak. Hal inilah yang menyebabkan
seseorang akan menguap jika melihat oang lain menguap. Sistem saraf cermin ini bertindak sebagai penggerak
untuk meniru dan bertanggung jawab terhadap pembelajaran manusia. Karenanya
menguap sering dianggap sebagai cabang dari impuls (gerakan) tiruan yang sama.
Jika pusat dari sistem neuron cermin tidak aktif
saat melihat seseorang menguap, maka hal ini tidak akan memiliki hubungan
dengan keinginan merespons untuk menguap. Semakin
kuat seseorang ingin menguap, maka semakin kuat aktivasi dari bagian otak
periamygdalar kiri. Hasil temuan ini merupakan tanda neurofisiologis pertama
yang mengungkapkan bahwa menguap bisa menular. Daerah periamygdalar adalah zona yang terletak di samping amigdala dan
struktur bentuknya seperti kacang almond yang terletak jauh di dalam otak.
Aktivasi beberapa bahan kimia yang ditemukan di
otak, misalnya, serotonin, dopamin, glutamin, asam glutamat dan oksida nitrat,
dapat pula meningkatkan frekuensi menguap. Sedangkan beberapa bahan kimia lain
seperti endorfin justru bisa mengurangi frekuensi menguap. Beberapa studi menunjukkan manfaat dari menguap yaitu
dapat menstabilkan tekanan di kedua sisi gendang telinga atau mirip dengan
peregangan, melenturkan otot dan sendi pada tubuh serta meningkatkan tekanan
darah dan denyut jantung.
Menguap merupakan hal alami yang wajar, meskipun
beberapa studi mengatakan menguap memiliki beberapa manfaat tapi jangan
keterusan dan keseringan menguap terlebih lagi di tempat umum, menguap harus
pakai etika. Belum lagi kalau punya masalah dengan bau mulut :v
Nah, saya punya tips nih untuk teman-teman yang mau jalan sama gebetannya. Pastikan kalian dalam kondisi fit alias tidak mengantuk, karena hal tersebut akan sangat berbahaya. Bukannya makan bareng atau nonton bareng tapi jadinya malah nguap bareng :v
Semoga bermanfaat, happy blogging :)
Nah, saya punya tips nih untuk teman-teman yang mau jalan sama gebetannya. Pastikan kalian dalam kondisi fit alias tidak mengantuk, karena hal tersebut akan sangat berbahaya. Bukannya makan bareng atau nonton bareng tapi jadinya malah nguap bareng :v
Semoga bermanfaat, happy blogging :)
Sumber:
http://www.yohanessurya.com/activities.php?pid=20201&id=103
http://www.merdeka.com/sehat/kenapa-menguap-seringkali-menular.html
http://www.merdeka.com/sehat/kenapa-menguap-seringkali-menular.html
http://health.detik.com/read/2010/04/08/133543/1334604/766/menguap-bisa-menular
http://www.tahupedia.com/content/show/324/Mengapa-Kita-Menguap-dan-Mengapa-itu-Menular
0 comments:
Post a Comment